Seiring dengan perkembangan teknologi yang terjadi pada zaman ini dengan sangat
pesat,kebutuhan manusia menjadi semakin terpenuhi.Kita ambil saja contoh,dulu
untuk berkomunikasi kita harus menghampiri teman kita supaya bisa saling
berbincang-bincang.Tetapi sekarang dengan adanya teknologi handphone kita bisa
berbincang-bincang dengan teman kita dalam jarak yang jauh.
Dan dengan segala hal yang bersifat instan inilah
manusia berbondong-bondong untuk dapat memperoleh teknologi tersebut,bisa
dikatakan manusia sekarang sangat bersifat konsumtif. Bisa dikatakan teknologi
itu tidak akan pernah habis,karena setelah muncul hal baru,maka di masa
mendatang akan muncul hal baru yang berbeda kembali.
New Media atau dikenal dengan media baru dipandang dengan optimisme tinggi, yaitu menempatkan kembali publik, atau dalam pengertian luas masyarakat, di dalam proses komunikasi. Komunikasi publik sendiri memiliki dua definisi. Pertama, komunikasi dalam publik, yaitu proses komunikasi yang berlangsung di dalam institusi masyarakat sipil. Berkomunikasi dalam wilayah masyarakat sipil menjadikan relasi antar individu lebih dekat dalam fungsi relasi untuk integrasi dan saling memahami, bukan untuk mencari profit atau “menguasai” individu lain. Artinya proses komunikasi yang terjadi di dalam ranah masyarakat dan dilakukan oleh individu dalam masyarakat. Motif utamanya adalah sosiokultural, yaitu mengutamakan terciptanya relasi, mengelola konflik, dan saling memahami antar kelompok dengan baik.
Kedua, komunikasi publik dapat bermakna proses komunikasi untuk publik atau bervisi kepublikan, untuk institusi masyarakat sipil. Publik adalah bagian dari masyarakat yang rasional, terbuka, dan bergerak untuk banyak orang, pelibatan dan berguna. Proses komunikasi macam ini bisa terjadi di dua wilayah yang lain, negara dan pasar, tidak hanya ranah masyarakat. Negara mesti berperan di sini, antara lain menyediakan media dan sarana pendukung yang digunakan untuk masyarakat. Untuk media penyiaran, apa yang sudah berusaha kita bentuk, lembaga penyiaran publik, adalah contoh terbaik. Untuk media baru, kita masih menunggu strategi yang bagus dari pemerintah, bagian dari negara, untuk membuat masyarakat mendapatkan haknya atas informasi melalui ketersediaan “kanal” yang memadai.
Untuk meningkatkan kualitas pada isi media baru, paling tidak ada dua hal yang mesti diperhatikan. Pertama, produser atau kreator menyadari sepenuhnya makna remediasi yang menjamin dua esensi komunikasi tercapat, keterbukaan dan otonomi individu, sekaligus relasi yang memadai dengan individu lain. Isi media internet jangan sampai hanya “membicarakan” diri sendiri atau lebur dalam kepentingan pihak lain. Relasi yang memberdayakanlah yang berusaha diwujudkan melalui isi media internet.
Kedua, semua jenis media baru, terutama internet, berpotensi untuk memperkuat publik asalkan kita mengetahuinya. Dengan demikian, isi media baru diarahkan pada pelibatan individu untuk saling berkolaborasi satu sama lain sesuai dengan premis awal bahwa internet adalah media terbuka. Bila isi media internet ternyata bermotif politis atau pun ekonomi, fungsi sosiokulturalnya tetaplah dimasukkan. Bila sudah lebih mengutamakan komunikasi publik, maka “teman” yang tercipta akan lebih banyak. Kembali pada kutipan dari film the social network di awal tulisan, apalah artinya mempunyai sedikit musuh bila kita punya begitu banyak teman? dan teman yang banyak akan berarti lebih bila semua kolaboratif mencapai tujuan bersama dengan bantuan media baru yang telah “terbuka” dari awal kehadirannya.
Perkembangan new media tidak hanya membawa dampak
positif tapi juga membawa dampak negatif bagi para penggunanya yang tidak
memanfaatkan beberapa jejaring dengan baik. Mereka menganggap pesatnya
pekembangan media baru sebagai salah satu faktor yang dapat mengakibatkan
perbenturan budaya. Di satu pihak, media baru dapat membuka cakrawala
dunia yang sangat menjanjikan yang kaya warna, kaya nuansa, kaya citra, namun
disisi lain ini akan menjadi sebuah dunia yang seakan-akan tanpa kendali.
Dampak pesatnya media baru paling tidak akan membawa beberapa dampak perubahan
negatif seperti:
·
Membudayanya budaya massa dalam suatu komunitas
masyarakat, dimana pola kehidupan yang dinamis ditimbulkan karena adanya
keinginan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
·
Rasa sosial terhadap
lingkungan sekitar menjadi acuh.
·
Terjadinya polusi
informasi.
· Merebaknya kejahatan
teknologi seperti pelanggaran hak cipta / pembajakan, cybercrime (kejahatan
maya).
·
Tumbuhnya sikap
hedonisme dan konsumtif.
Daftar Pustaka : http://komunikasi.us/index.php/mata-kuliah/kmm/12-response-paper-ptk-2013/4652-response-paper-mingguan