Selasa, 01 Januari 2013

Hubungan Migrasi dengan Kesejahteraan

Migrasi : Perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melalui batas politik/negara ataupun batas administrasi/batas bagian dari suatu negara dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke negara (daerah) lain. Migrasi beberapa bersifat sukarela dan kadang-kadang orang yang dipaksa untuk pindah. Migrasi dapat terjadi pada tingkat apapun, dari antarbenua ke antardaerah, yang berarti migrasi dalam negara yang sama.

Masyarakat desa sebagai dasar awal dalam pembangunan di Indonesia, sampai saat ini masih sering terlupakan. Masyarakat desa pada umumnya sebagian besar dikategorikan sebagai masyarakat miskin. Pemenuhan akan kebutuhan mereka pun rasanya masih sulit untuk terpenuhi, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pembangunan ekonomi suatu negaara tidak lepas dari pembangunan bagian terkecil sekalipun, yaitu desa. Kemajuan perekonomian desa-desa dan semua wilayah atau dengan kata lain pemerataan kemajuan ekonomi merupakan target penting dalam pembanguna ekonomi negara.

Hadi Supadmo (1991) mendefinisikan mobilitas sirkuler adalah penduduk yang bekerja di luar wilayah desanya dan pulang kembali setelah minimal dua hari dan maksimal enam bulan baik secara teratur maupun tidak. Mobilitas atau perpindahan penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan. Mobilitas telah menjadi penyebab dan penerima dampak dari perubahan dalam sturktur ekonomi dan sosial suatu daerah. oleh sebab itu, tidak terlalu tepat untuk hanya menilai semata-mata ospek positif maupun negatif dari mobilitas penduduk terhadap pembangunan yang ada, tanpa memperhintungkan pengaruh kebaikannya. Tidak akan terjadi proses pembangunan tanpa adanya mobilitas penduduk. Tetapi juga tidak akan terjadi pengarahan penyerahan penduduk yang berarti tanpa adanya kegiatan pembangunan itu sendiri.

Mantra (1981), menyebutkan adanya kekuatan yang mendorong penduduk untuk pergi ke daerah lain (kekuatan sentifugal), yaitu keitdakpuasan pendapatan di bidang pertanian, kurangnya kesempatan kerja dan keterbatasan fasilitas. Rusli (1982) menambahkan bahwa tingkat upah yang rendah dari pekerjaan-pekerjaan non pertanian seperti pekerjaan di bidang industri. Intinya adalah ketidakpuasan terhadap upah atau pendapatan yang diperoleh di tempat asal mendorong seseorang untuk pergi ke kota dan berharap mendapatkan upah yang lebih baik.

Setelah sebagian besar warga desa melakukan migrasi ke kota, ternyata mereka tidak tahan berlama-lama hidup di kotaa, Hal ini bisa jadi karena deas memiliki penahan yang kuat sebagai tempat tinggal, hal tersebut disebabkan adanya ikatan keluarga, biaya hidup murah dan dapat ebrcocok tanam.

Dari berbagai macam penjelasan tentang keterkaitan antara migrasi sirkuler dan peningkatan ekonomi desa, dapat dikatakan bahwa migrasi sirkuler menjadi pilihan yang efektif bagi peningkatan ekonomi desa. Dari uang kiriman para imigran tersebut terlihat adanya peningkatan GDP desa dan peningkatan taraf hidup masyarakat desa serta membantu mewujudkan terciptanya kesejahteraan masyarakat.

Ada beberapa dampak positif yang dapat meningkatkan kesejahteraan di kalangan masyarakat migrasi seperti sekarang mereka dapat membeli bahan-bahan makanan yang bergizi dalam jumlah yang lebih banyak, mereka juga dapat memperbaiki rumah-rimah mereka yang biasanya menggunakan bilik sekarang sudah menggunakan tembok, baju yang mereka gunakan lebih modern daripada yang dulu, dsb, dan juga dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Namun, dampak negatif yang ditimbulkan khususnya oleh migrasi sirkuler terhadap pembangunan ekonomi di desa adalah memburuknya keseimbangan struktural antara desa dan kota secara langsung dalam dua hal. Pertama di sisi penawaran, migrasi internal secara berlebihan akan meningkatkan jumlah pencari kerja di perkotaan yang melampaui tingkat atau batasan pertumbuhan penduduk, yang sedianya masih dapat didukung oleh segenap kegiatan ekonomi dan jasa-jasa pelayanan yang ada di daerah perkotaan. Kedua di sisi permintaan, penciptaan kesempatan kerja di daerah perkotaan lebih sulit dadn jauh lebih mahal daripada penciptaan lapangan kerja di pedesaan, karena kebanyakn jenis pekerjaan sektor-sektor industri di perkotaan membutuhkan aneka input-input komplementer yang sangat banyak jumlahnya maupun jenisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar